“BERPIKIR SEMPIT,FANATISME DAN AGRESIVITAS”. 2
BERPIKIR SEMPIT ATAU TOLERANSI ?
1.Bom bunuh diri sering diberitakan di surat surat kabar. Setelah diselidiki pembom bunuh diri adalah seseorang yang menganut faham idiologi politik atau faham keagamaan tertentu yang dianggapnya paling benar dan untuk itu ia bersedia berkorban demi kebenaran yang diyakininya tadi. Orang jenis ini dapat kita sebut berpikiran sempit. Dalam pikirannya yang sempit ia meyakini bahwa pemikirannya sendiri yang benar dan tidak ada ruang untuk pemikiran alternatif. Pemikiran ideologinya atau pemahaman keagamaannya adalah harga mati. Pikiran sempit dalam Bahasa Inggris disebut Narrow Minded (Close Minded) yang didefinisikan : “The definition of narrow minded is a person with a limited outlook who is unwilling to consider alternative ideas, perspectives or thoughts”.
2.Apa itu kesempitan berpikir? Ia adalah kecenderungan orang untuk memutlakkan pandangan sendiri, dan menolak untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Kesempitan berpikir juga ditandai dengan kurangnya empati, yakni kemampuan untuk merasakan apa yang mungkin dirasakan orang lain. Akibatnya, orang tersebut tidak mampu mempertimbangkan pandangan orang lain. Ia selalu merasa benar, walaupun tak sungguh berpijak pada akal sehat, ataupun kenyataan yang ada.
Orang yang sempit berpikir tidak terbuka pada perubahan. Ia tidak terbuka pada kemungkinan-kemungkinan baru yang muncul. Ia penuh dengan prasangka terhadap perbedaan cara hidup, ataupun perbedaan pandangan. Yang menjadi masalah besar adalah, ketika orang-orang yang sempit berpikir memegang posisi kekuasaan.
3.Berpikir sempit bukan saja kita harus mencarinya diluar sana, tetapi kita juga harus mencoba melihat dalam kalangan Kristen sendiri. Akhir akhir ini di media sosial khususnya di Youtube sering disana kita melihat dan mendengar para teolog atau pendeta yang memperdebatkan suatu ajaran Kristen atau ajaran gereja. Pokok yang diperdebatkan misalnya mengenai ajaran Trinitas yang diperhadapkan dengan ajaran Oneness (Keesaan Tuhan). Trinitas memahami Allah sebagai 3 pribadi dengan Satu Hakekat/Subsansi ilahi sedangkan Oneness memahamai bahwa Allah itu satu pribadi saja dengan 3 fungsi yaitu sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dalam berbagai tayangan kita dapat menyaksikan perdebatan dari ajaran yang fundamental sampai kepada ajaran yang sekunder.
4.Apakah berdebat itu salah? Tentunya tidak dengan catatan berikut ini. Kalau debat sejauh menyajikan , mempertahankan pandangan /ajaran teologis/Alkitab, ini masih dapat diterima. LEbih dari itu sulit diterima. Apa itu? Kalau kemudian mencoba memaksakan pandangannya kepada pihak lain karena beranggapan bahwa pandangannya yang paling benar, dan paling Alkitabiah. Menganjurkan semua pemirsa youtuber untuk mengundurkan diri dan tidak mengikuti lagi teolog dan pendeta yang dianggap berbeda tadi. Lebih dari itu bahkan mencap teolog atau pendeta tadi sebagai sesat dan hamba setan. Disini sudah ditampilkan fanatisme terhadap pendapat sendiri dan men sesatkan pihak lain bahkan bertindak agresif dengan mengeluarkan perkataan sesat kepada pihak lain yang berbeda pandangan teologisnya.
5.Mengapa orang sempit di dalam berpikir? Ada tiga akar yang mendasarinya, yakni akar sosiologis, akar epistemologis dan akar antropologis. Akar sosiologis mengacu pada lingkungan sosial seseorang. Ini mengacu juga pada pola didik, keteladanan keluarga dan keadaan masyarakat sekitar.
Keluarga yang berpikir sempit akan mengajarkan pola pikir tertutup kepada anak-anaknya. Biasanya, budaya dan agama menjadi patokan mutlak yang tak boleh dipertanyakan. Pemutlakkan pandangan kuno inilah yang menjadi inti dari kesempitan berpikir. Di dalam masyarakat yang terbelakang, dengan pola pikir yang irasional dan minim akal sehat, kesempitan berpikir menjadi satu-satunya hal yang diterima.
5.Jalan keluar atau obat terhadap kesempitan berpikir adalah mengembangkan dan mempraktekkan toleransi. Toleransi adalah sikap menghargai apa yang diyakini orang lain. Toleransi adalah menghormati martabat dan hak semua orang meskipun keyakinan dan perilaku mereka berbeda dengan kita.Dengan demikian, toleransi menuntut · hormat dan penuh pengertian (tenggang rasa). Tuhan Yesus sendiri mengajarkan toleransi baca kisahnya di dalam Lukas 9:51- 56,
Dalam konteks kehidupan bersama di tengah masyarakat yang plural, orang Kristen dipanggil untuk mengembangkan etika kehidupan bermasyarakat yang ditandai dengan sikap saling menerima dan menghormati dalam kasih tanpa mengorbankan keunikan Yesus sebagai the only way (Yoh.14:6). Sikap toleransi juga harus dipraktekkan dalam relasi intern yaitu diantara sesama orang Kristen dengan perbedaan denominasi , dan perbedaan pandangan teologis, sangat diharapakan para teolog dan pendeta memberi keteladanan dalam toleransi ini.
BACAAN REKOMENDASI:
1.Wabah Kesempitan Berpikir
2.Tujuh Kebajikan Utama Untuk Membangun Karakter Kristiani Anak
https://media.neliti.com/media/publications/276621-tujuh-kebajikan-utama-untuk-membangun-ka-a821c6e0.pdf