Kajian tekstual terhadap Metafora Perjalanan dalam Serat Jatimurti
Perjalanan di Alam Jirim (Wujud/Material) (3)
1.Ketika melangkah di alam yang ketiga, yaitu alam Jirim, manusia menemukan bahwa alam ini sangat luas melebihi kedua alam yang per-tama. Jirim berarti wujud atau materi. Alam Jirim tidak hanya terdiri dari garis atau bidang datar melainkan alam tiga dimensi. Karena itu, manusia yang berjalan di dalamnya dapat bergerak ke depan, ke belakang, atau ke kiri dan ke kanan, bahkan juga ke atas serta ke bawah. Lebih dari itu, mereka juga dapat bergerak secara diagonal.
2.Dalam metafora, alam ini digambarkan sebagai sebuah kepalan manusia.Di alam seluas ini mereka lebih memiliki kebe-basan bergerak dan mengembangkan diri. Bila pada kedua alam pertama manusia diken-dalikan oleh keinginan dan intuisinya saja, kini mereka mulai berbeda karena mengenali ada-nya pilihan-pilihan lain dan pola yang bisa dilakukan, seperti yang tertulis demikian:
3.“Alam Jirim ini lebih luas dari alam bidang, Karena tidak hanya ada arah belakang-depan, kiri-kanan, tapi juga ke bawah dan ke atas. Ka-rena itu, bila suatu wujud tertangkap suatu lingkaran besar, ia masih dapat bergerak ke .kiri atau ke kanan, ke atas atau ke bawah bagaikan lalat terbang atau ikan berenang.” Jadi, pada alam ini, manusia dapat belajar meninggalkan kemutlakan yang sebelumnya mereka kejar di alam garis dan/atau bidang. Namun, seorang manusia yang menjalani alam Jirim masih terikat dalam waktu dan ruang. Hanya di alam ke empat yaitu alam tempat akhir perjalanan, barulah waktu dan ruang itu lenyap.
4.Analisis terhadap metafora perjalanan di alam ketiga ini mengidentifikasikan aspek yang disembunyikan dan yang ditonjolkan. 4.1.Hal yang ditonjolkan dalam bagian ini adalah sebagai berikut.
Pertama, sebagai Homo Viator di tahap ini, manusia terdorong untuk mengarah-kan perjalanannya bukan hanya demi keingin-an, kebutuhan atau perasaan diri sendiri, melainkan, dengan disadari atau tidak, telah berani memilih untuk bebas dari keterikatan pada diri sendiri atau orang lain. Jadi manusia sebagai Homo Viator di tahap ini berperan sebagai manusia yang mencari sesuatu yang lebih bermakna. Kedua, jalur perjalanan yang mereka tempuh membuat mereka sadar akan keberadaan ruang tiga dimensi. Ketiga, tujuan perjalanan yang dianggap patut dikejar adalah mencari kesempurnaan dan melakukan hal yang luhur.
4.2. Mengenai hal yang disembunyikan adalah sebagai berikut: (1) manusia masih terikat da-lam ruang; (2) manusia masih terikat dalam waktu; dan (3) manusia bisa terjebak menik-mati alam ketiga.
SUMBER:
Perjalanan Spiritual Homo Viator: Studi Komparatif Serat Jatimurti dengan Perumpamaan tentang Anak yang Hilang (Luk. 15:11–32)
https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/465/400
Robby Igusti Chandra Sekolah Tinggi Teologi Cipanas,
Korespondensi: Robbycha@yahoo.com