HOMO VIATOR 9

Kajian tekstual terhadap Metafora Perjalanan dalam Serat Jatimurti

Perjalanan di Alam Jirim (Wujud/Material)  (3)

1.Ketika  melangkah  di  alam  yang  ketiga,  yaitu  alam Jirim,  manusia  menemukan  bahwa  alam  ini sangat luas melebihi kedua alam yang per-tama.  Jirim berarti wujud atau materi.  Alam Jirim tidak hanya terdiri dari garis atau bidang datar melainkan alam tiga dimensi. Karena itu, manusia   yang   berjalan   di   dalamnya   dapat   bergerak  ke  depan,  ke belakang, atau  ke  kiri dan  ke  kanan,  bahkan  juga  ke  atas  serta  ke bawah.  Lebih  dari  itu,   mereka  juga  dapat  bergerak  secara  diagonal.

2.Dalam  metafora, alam ini digambarkan sebagai sebuah kepalan manusia.Di alam seluas ini mereka lebih memiliki kebe-basan   bergerak   dan   mengembangkan   diri.      Bila pada kedua alam pertama manusia diken-dalikan oleh keinginan dan intuisinya saja, kini mereka mulai berbeda karena mengenali ada-nya  pilihan-pilihan  lain  dan  pola yang  bisa  dilakukan, seperti yang tertulis demikian:

3.“Alam Jirim ini lebih luas dari alam bidang, Karena tidak hanya ada arah belakang-depan, kiri-kanan, tapi juga ke bawah dan ke atas. Ka-rena itu, bila suatu wujud tertangkap suatu lingkaran besar, ia masih dapat bergerak ke .kiri  atau  ke  kanan,  ke  atas  atau  ke  bawah  bagaikan lalat terbang atau ikan berenang.” Jadi,  pada  alam  ini,  manusia  dapat  belajar  meninggalkan  kemutlakan  yang  sebelumnya mereka  kejar  di  alam garis  dan/atau  bidang. Namun, seorang manusia yang menjalani alam Jirim  masih  terikat  dalam  waktu  dan  ruang.  Hanya  di  alam  ke  empat  yaitu  alam  tempat  akhir perjalanan, barulah waktu dan ruang itu lenyap.

4.Analisis terhadap metafora perjalanan di alam ketiga   ini   mengidentifikasikan   aspek   yang   disembunyikan dan yang ditonjolkan. 4.1.Hal yang ditonjolkan  dalam  bagian  ini  adalah  sebagai berikut.

Pertama,   sebagai Homo   Viator   di tahap ini, manusia terdorong untuk mengarah-kan perjalanannya bukan hanya demi keingin-an,   kebutuhan   atau   perasaan   diri   sendiri, melainkan,  dengan  disadari   atau  tidak,  telah berani memilih  untuk  bebas  dari  keterikatan  pada diri sendiri atau orang lain. Jadi manusia sebagai Homo  Viator  di  tahap  ini  berperan sebagai  manusia  yang  mencari  sesuatu  yang  lebih bermakna. Kedua, jalur perjalanan yang mereka tempuh membuat mereka sadar akan keberadaan ruang tiga dimensi. Ketiga, tujuan perjalanan yang dianggap patut dikejar adalah mencari  kesempurnaan  dan  melakukan  hal  yang luhur.

4.2. Mengenai   hal   yang   disembunyikan   adalah sebagai berikut: (1) manusia masih terikat da-lam  ruang;  (2)  manusia  masih  terikat  dalam  waktu;  dan  (3)  manusia  bisa  terjebak  menik-mati alam ketiga.

SUMBER:

Perjalanan Spiritual Homo Viator: Studi Komparatif Serat Jatimurti dengan Perumpamaan tentang Anak yang Hilang (Luk. 15:11–32)

https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/465/400

Robby Igusti Chandra Sekolah Tinggi Teologi Cipanas,

Korespondensi: Robbycha@yahoo.com