KOTBAH MEMICU PERDEBATAN DI MEDIA SOSIAL

1.Pada tanggal 21 Januari 2025, Presiden Donald Trump menghadiri kebaktian doa di Washington National Cathedral. Dalam kebaktian tersebut, Uskup Mariann Edgar Budde dari Gereja Episkopal Washington menyampaikan khotbah yang meminta Trump untuk menunjukkan belas kasihan kepada komunitas LGBTQ+ dan pekerja migran. Budde mengingatkan Trump tentang pentingnya belas kasihan dan menyatakan bahwa banyak orang di Amerika Serikat yang merasa takut dengan kebijakan pemerintahannya.
2.Trump kemudian mengkritik Budde di media sosial, menyebutnya sebagai “Uskup palsu” dan “pembenci Trump garis keras dari Kiri Radikal”. Kebaktian ini dihadiri oleh Trump, Wakil Presiden JD Vance, serta keluarga mereka dan beberapa pejabat pemerintahan lainnya.

### Dukungan dan Kritik
3.Khotbah tersebut mendapat dukungan dari banyak orang yang merasa bahwa Uskup Budde berbicara atas nama mereka yang merasa terpinggirkan oleh kebijakan Trump. Namun, di sisi lain, khotbah ini juga mendapat kritik tajam dari pendukung Trump yang merasa bahwa Uskup Budde telah membawa gereja ke dalam politik dengan cara yang tidak pantas.

Ref.:
: [Baltimore Sun](https://www.baltimoresun.com/2025/01/22/trump-inaugural-prayer-service/)
: [Truthout](https://truthout.org/articles/trump-demands-bishop-apologize-for-asking-him-to-govern-with-mercy/)

PANDANGAN YANG BERAGAM
Pandangan pendeta dan teolog di Amerika Serikat terhadap isu LGBTQ+ dan imigrasi sangat bervariasi, tergantung pada denominasi dan pandangan teologis mereka. Berikut adalah beberapa perspektif yang umum ditemukan:

Pendekatan Inklusif
Beberapa pendeta dan teolog, terutama dari denominasi yang lebih liberal seperti Gereja Episkopal dan Gereja Reformasi, mendukung inklusi dan hak-hak LGBTQ+. Mereka berargumen bahwa agama Kristiani sejati mengajarkan kasih sayang, pengampunan, dan keadilan sosial. Mereka berpendapat bahwa komunitas Kristen harus menerima dan mendukung semua orang, termasuk mereka yang berasal dari komunitas LGBTQ+.

### Pendekatan Konservatif
Di sisi lain, banyak pendeta dan teolog dari denominasi yang lebih konservatif seperti Gereja Katolik dan Gereja Baptis Southern, memiliki pandangan yang lebih kaku terhadap LGBTQ+. Mereka berargumen bahwa Alkitab secara eksplisit melawan praktik homoseksual dan menganggap imigrasi ilegal sebagai pelanggaran hukum yang harus ditegakkan. Mereka berpendapat bahwa gereja harus menegakkan moralitas yang diwariskan oleh Alkitab dan tidak boleh menyokong praktik yang bertentangan dengan ajaran-ajaran tersebut.

### Pendekatan Moderat
Ada juga pendeta dan teolog yang berada di tengah-tengah, yang mungkin mendukung hak-hak LGBTQ+ tetapi tetap mempertahankan pandangan bahwa pernikahan hanya antara seorang pria dan wanita. Mereka mungkin juga mendukung imigrasi yang berkelanjutan tetapi dengan syarat tertentu yang sesuai dengan hukum negara.

### Pandangan Teologis
Dari perspektif teologis, ada berbagai interpretasi tentang bagaimana Alkitab harus diterapkan dalam konteks modern. Beberapa teolog berpendapat bahwa ajaran-ajaran Alkitab harus dipahami dalam konteks budaya dan sosial saat ini, sementara yang lain berpendapat bahwa ajaran-ajaran tersebut adalah mutlak dan tidak boleh diubah.

***Pandangan ini mencerminkan keragaman dalam komunitas Kristen di Amerika Serikat dan bagaimana setiap individu dan denominasi mencoba menemukan keseimbangan antara ajaran agama dan isu-isu sosial yang ada.