Mengapa Salib? Makna Kematian Kristus bagi Kita
SERI KRISTOLOGI 4
Bagi banyak orang, salib adalah simbol penderitaan, kehinaan, dan kematian yang tragis. Dalam konteks Romawi kuno, salib adalah alat eksekusi paling memalukan yang diperuntukkan bagi penjahat kelas berat. Namun bagi umat Kristen, salib justru menjadi simbol kemenangan, pengharapan, dan kasih yang tak terhingga. Pertanyaannya: mengapa Allah memilih salib? Mengapa kematian Kristus di kayu salib begitu penting? Esai ini bertujuan menjawab pertanyaan tersebut dengan bahasa yang sederhana namun tetap menggugah, agar kita semua semakin mengerti makna penebusan Kristus bagi kehidupan kita hari ini.
Salib Bukan Kegagalan, Tapi Kemenangan
1.Banyak orang yang menyaksikan Yesus disalibkan pada masa itu mungkin berpikir bahwa Ia gagal. Seorang Mesias yang ditangkap, dihina, disiksa, dan akhirnya mati di atas kayu salib tampak seperti seorang pecundang, bukan pemenang. Namun kenyataannya sangat berbeda. Di dalam kematian-Nya, Yesus justru sedang menggenapi rencana agung Allah untuk menyelamatkan dunia.
2.Salib bukanlah akhir dari misi Yesus, tetapi puncaknya. Rasul Paulus menulis bahwa “salib adalah kekuatan Allah” (1 Korintus 1:18). Dengan menyerahkan diri-Nya secara sukarela, Yesus mengalahkan kuasa dosa dan maut. Salib bukan tanda kekalahan, tetapi tanda kasih yang rela berkorban demi menebus umat manusia dari keterpisahan dengan Allah.
Yesaya 53:5 berkata, “Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh.” Ayat ini menggambarkan secara profetik bahwa penderitaan Kristus bukan tanpa tujuan. Ia menderita agar kita diselamatkan.
Dosa, Pengampunan, dan Kasih Allah
1.Untuk memahami pentingnya salib, kita perlu mengerti betapa seriusnya masalah dosa. Dosa bukan hanya sekadar kesalahan atau pelanggaran kecil. Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah, yang menyebabkan manusia terpisah dari Sang Pencipta. Dosa membawa maut—bukan hanya secara fisik, tetapi secara rohani.
2.Namun kabar baiknya, Allah tidak membiarkan manusia terjerat dalam hukuman dosa. Dalam kasih-Nya yang luar biasa, Allah sendiri datang dalam pribadi Yesus Kristus untuk menanggung hukuman itu. 1 Petrus 2:24 menyatakan, “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.” Di salib, Yesus tidak hanya menggantikan kita—Ia menanggung seluruh beban dosa umat manusia, membuka jalan pengampunan bagi siapa saja yang percaya.
3.Pengampunan bukanlah sesuatu yang murahan. Kasih Allah bukan kasih yang membiarkan dosa tanpa keadilan. Justru di salib, kita melihat betapa seriusnya Allah terhadap dosa, dan sekaligus betapa dalamnya kasih-Nya. Salib menjembatani keadilan dan kasih.
Salib dalam Luka dan Penderitaan Hidup Kita
1.Salib Kristus tidak hanya memiliki makna teologis, tetapi juga sangat relevan bagi kehidupan kita yang penuh luka, penderitaan, dan pergumulan. Ketika kita menderita, kita tidak sendirian. Kita memiliki Juruselamat yang tahu persis rasanya ditolak, dihina, dan disakiti.
2.Ketika hidup terasa berat, ketika kita merasa ditinggalkan, kita bisa melihat kepada salib. Di sanalah kita temukan bahwa Allah tidak menjauh dari penderitaan manusia—Ia justru masuk ke dalamnya. Ia tahu rasa sakit. Ia tahu air mata. Oleh karena itu, salib bukan hanya pengampunan bagi dosa kita, tetapi juga penghiburan bagi hati yang hancur.
3.Dalam salib, kita menemukan harapan. Kita tahu bahwa penderitaan bukan akhir dari segalanya. Jika Yesus yang disalibkan itu bangkit dari kematian, maka ada kuasa yang sama untuk memulihkan, menyembuhkan, dan membangkitkan kita dari keterpurukan. Salib mengajarkan bahwa Allah tidak menjanjikan hidup bebas dari masalah, tetapi Ia menjanjikan penyertaan dan pemulihan.
Penutup: Undangan untuk Percaya
1.Salib Kristus adalah undangan kasih bagi siapa pun yang mau datang kepada-Nya. Ia tidak menuntut kita sempurna, tetapi Ia mengundang kita untuk percaya dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Menerima karya salib berarti mengakui bahwa kita butuh pengampunan, dan bahwa kasih Allah cukup untuk mengubah hidup kita.
2.Jangan biarkan salib hanya menjadi simbol di dinding atau perhiasan di leher. Biarkan salib berbicara kepada hati kita—mengubah kita, menguatkan kita, dan menuntun kita kepada pengharapan yang sejati. Sebab di salib itulah kasih dan kebenaran Allah bertemu, dan di sanalah kita menemukan hidup yang baru.