PERSONA (LATIN )DAN HIPOSTASIS(YUNANI)
Ada perbedaan penting antara istilah “persona” dan “hipostasis” dalam teologi Kristen yang menonjol meskipun keduanya digunakan untuk menggambarkan konsep yang mirip dalam konteks Trinitas.
I.Berikut penjelasan mengenai kedua istilah ini:
1.### PERSONA
Istilah “persona” berasal dari bahasa Latin, yang awalnya berarti “topeng” yang dipakai oleh aktor di teater, kemudian berkembang untuk merujuk pada “karakter” atau “peran” yang dimainkan seseorang. Dalam konteks teologi Kristen yang dirumuskan oleh Tertulianus, “persona” digunakan untuk menggambarkan tiga pribadi dalam Trinitas: Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
– **Konteks Tertulianus**: Tertulianus menggunakan “persona” untuk menekankan bahwa meskipun ada tiga “persona,” mereka tetap satu dalam substansi atau esensi (substantia). Ini berarti ketiga pribadi ini memiliki satu natur ilahi, namun berbeda dalam fungsi dan peran mereka.
2.### HIPOSTASIS
Istilah “hipostasis” berasal dari bahasa Yunani, yang secara harfiah berarti “sesuatu yang berdiri di bawah” (hypo-stasis), atau dasar keberadaan. Dalam filsafat Yunani, istilah ini digunakan untuk menggambarkan substansi atau esensi. Namun, dalam teologi Kristen, terutama setelah Konsili Kalsedon, “hipostasis” digunakan untuk merujuk pada keberadaan individu yang nyata dalam Trinitas.
– **Konteks Konsili Kalsedon**: Konsili ini menggunakan “hipostasis” untuk menekankan bahwa setiap pribadi dalam Trinitas (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) adalah keberadaan individu yang nyata dan berbeda, tetapi mereka tetap satu dalam esensi atau substansi (ousia). Ini berarti bahwa setiap hipostasis memiliki seluruh natur ilahi dan tidak hanya bagian atau aspek dari natur itu.
II.### PERBEDAAN ARTI
- **Asal dan Konotasi Budaya**:
– **Persona**: Berasal dari konteks teater Latin, dengan konotasi peran atau karakter.
– **Hipostasis**: Berasal dari filsafat Yunani, dengan konotasi dasar keberadaan atau realitas yang mendasari.
- **Fokus Makna**:
– **Persona**: Menekankan aspek fungsi dan peran dalam satu kesatuan substansi. Ini dapat menimbulkan kesan bahwa ada tiga peran atau wajah dari satu entitas.
– **Hipostasis**: Menekankan keberadaan nyata dan individu dari setiap pribadi dalam kesatuan substansi. Ini menghindari kesan bahwa Trinitas hanyalah tiga peran dari satu aktor, melainkan tiga keberadaan nyata yang berbeda.
- **Implikasi Teologis**:
– **Persona**: Bisa disalahpahami sebagai menunjukkan tiga aspek atau mode dari satu Tuhan, mendekati pandangan yang dikenal sebagai Modalisme.
– **Hipostasis**: Lebih jelas dalam menekankan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang benar-benar berbeda namun tetap satu esensi, sesuai dengan pemahaman ortodoks Trinitas.
III.Dengan demikian, meskipun kedua istilah ini digunakan untuk menjelaskan konsep yang sama dalam Trinitas, yaitu satu Tuhan dalam tiga pribadi, “hipostasis” menawarkan kejelasan yang lebih besar dalam menekankan perbedaan nyata antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus, sekaligus menegaskan kesatuan substansi ilahi mereka.