PENDAHULUAN
DR Reza Wattimena seorang filsuf Indonesia, dalam pemikirannya yang terinspirasi oleh spiritualitas Timur, sering menghubungkan konsep Tuhan dengan **kesadaran** (awareness). Perspektif ini sejalan dengan pendekatan non-dualitas dalam tradisi seperti Advaita Vedanta atau Zen, yang melihat Tuhan bukan sebagai entitas personal, tetapi sebagai realitas tertinggi yang melampaui semua konsep dan batasan manusia. Dalam pandangan ini, Tuhan dipahami sebagai dasar keberadaan, sesuatu yang sepenuhnya hadir di balik pengalaman kita akan dunia dan diri.
KOMENTAR TEOLOGIS ATAS DEFINISI TUHAN SEBAGAI KESADARAN
### 1. **Perspektif Teologi Kristen**
– **Tuhan sebagai Pribadi**: Dalam iman Kristen, Tuhan terutama dipahami sebagai Pribadi yang memiliki kehendak, kasih, dan relasi. Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai “Bapa, Anak, dan Roh Kudus” (Trinitas), yang menunjukkan sifat-Nya yang relasional. Definisi Tuhan semata-mata sebagai “kesadaran” tidak mencakup dimensi personal ini.
– **Penyataan Tuhan dalam Yesus Kristus**: Tuhan dalam kekristenan bukan hanya fondasi keberadaan, tetapi juga masuk ke dalam sejarah manusia melalui Yesus Kristus. Kesadaran Tuhan dinyatakan dalam kasih, pengampunan, dan penyelamatan, yang berinteraksi secara nyata dengan manusia.
– **Kesadaran dan Iman**: Meski tidak identik dengan pandangan Wattimena, ada elemen “kesadaran” dalam teologi Kristen, terutama dalam penghayatan kehadiran Allah melalui doa, meditasi, dan kontemplasi. Namun, dalam tradisi Kristen, kesadaran ini tetap mengarah pada relasi dengan Tuhan sebagai Pribadi, bukan sebagai prinsip abstrak.
### 2. **Kelebihan Perspektif Wattimena**
– Mengundang refleksi mendalam: Pandangan ini mengajak kita untuk melihat Tuhan sebagai realitas yang melampaui kata-kata atau gambaran manusiawi. Tuhan sebagai kesadaran dapat mengingatkan kita akan kebutuhan untuk hidup dalam kesadaran penuh akan kehadiran-Nya.
– Memadukan spiritualitas lintas agama: Konsep ini bisa menjadi jembatan dialog antara kekristenan dan tradisi spiritual Timur, seperti Buddhisme dan Hinduisme, yang sering berbicara tentang “kesadaran murni.”
### 3. **Kritik terhadap Perspektif ini**
– **Reduksi Konsep Tuhan**: Menyederhanakan Tuhan menjadi “kesadaran” berisiko menghilangkan aspek-aspek penting tentang Allah, seperti kasih-Nya yang aktif, keadilan-Nya, dan hubungan-Nya dengan ciptaan.
– **Konsep Keselamatan**: Dalam kekristenan, keselamatan bukan sekadar pencapaian kesadaran, tetapi tindakan kasih karunia Allah yang memulihkan hubungan kita dengan-Nya melalui Kristus.
– **Kekosongan Relasi**: Jika Tuhan hanya dipahami sebagai kesadaran, dimensi hubungan manusia dengan Tuhan sebagai Bapa dan Pencipta menjadi kurang signifikan.
### 4. **Gabungan Perspektif**
Sebagai refleksi teologis, definisi Tuhan sebagai kesadaran dapat dilihat sebagai **aspek** dari pengalaman akan Tuhan, tetapi tidak cukup untuk mencakup seluruh hakikat-Nya. Dalam kekristenan, kesadaran akan Tuhan adalah jalan untuk mengenal-Nya lebih dalam sebagai Allah yang hidup, penuh kasih, dan terlibat dalam sejarah manusia.
***Kesimpulannya, pandangan Wattimena menawarkan cara baru untuk merenungkan kehadiran Tuhan, tetapi teologi Kristen menegaskan bahwa Tuhan lebih dari sekadar kesadaran—Dia adalah Allah yang hidup, relasional, dan penuh kasih, yang ingin dikenal dan dicintai secara personal.
Ref.:
https://rumahfilsafat.com/2024/11/18/tuhan-kesadaran-dan-peran-agama/