Berikut ini adalah uraian mengenai macam-macam korban dalam sistem ibadah Israel sebelum kehancuran Bait Allah (tahun 70 M), serta perubahan fokus dalam praktik keagamaan setelah korban tidak lagi dapat dilakukan karena Bait Allah telah dihancurkan.
### **Macam-Macam Korban Sebelum Kehancuran Bait Allah**
Sebelum kehancuran Bait Allah, korban merupakan inti dari ibadah Israel. Korban-korban ini dipersembahkan oleh para imam di Bait Allah sesuai dengan hukum Taurat. Beberapa jenis korban utama termasuk:
1. **Korban Bakaran (Olah)**: Korban ini dibakar sepenuhnya di atas mezbah, sebagai simbol penyerahan total kepada Tuhan (Imamat 1). Hewan yang dipersembahkan harus tanpa cacat, biasanya sapi, kambing, domba, atau burung.
2. **Korban Sajian (Minchah)**: Persembahan berupa makanan, seperti tepung halus, minyak, dan kemenyan, melambangkan ucapan syukur atas pemeliharaan Tuhan (Imamat 2).
3. **Korban Keselamatan (Zebah Shelamim)**: Ini adalah korban sukarela untuk memperingati hubungan damai dengan Tuhan. Sebagian korban dimakan oleh penyembah, sebagai simbol persekutuan (Imamat 3).
4. **Korban Dosa (Chatat)**: Korban ini dipersembahkan untuk memohon pengampunan dosa, baik untuk dosa pribadi maupun dosa umat (Imamat 4-5). Jenis hewan yang dipersembahkan bergantung pada status sosial orang yang berdosa.
5. **Korban Penebus Salah (Asham)**: Korban ini untuk memperbaiki hubungan dengan Tuhan atau dengan sesama setelah melakukan pelanggaran hukum tertentu, sering kali disertai dengan pembayaran ganti rugi (Imamat 5-6).
6. **Korban Harian dan Hari Raya**: Selain korban individu, terdapat korban harian yang dilakukan setiap pagi dan sore, serta korban khusus untuk hari raya seperti Paskah, Hari Pendamaian, dan lainnya.
### **PERGANTKAN FOKUS SETELAH KEHANCURAN BAIT ALLAH *
Ketika Bait Allah dihancurkan pada tahun 70 M, umat Yahudi tidak lagi memiliki tempat kudus untuk mempersembahkan korban. Situasi ini memicu transformasi signifikan dalam cara mereka menyembah dan menjalankan iman mereka:
1. **Doa Menggantikan Korban**: Tradisi Rabinik menggantikan korban dengan doa. Doa-doa dalam liturgi Yahudi, seperti *Amidah* dan *Shema*, menjadi pusat ibadah. Doa diibaratkan sebagai korban rohani.
2. **Belajar dan Menghidupi Taurat**: Fokus bergeser ke mempelajari dan menaati hukum-hukum Taurat sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan.
3. **Teshuvah (Pertobatan)**: Pertobatan, pengakuan dosa, dan perbuatan baik dianggap sebagai cara yang efektif untuk memohon pengampunan.
4. **Sinagoga Sebagai Pusat Ibadah**: Sinagoga berkembang menjadi tempat utama untuk berkumpul, berdoa, belajar, dan merayakan iman, menggantikan peran Bait Allah secara fisik.
5. **Kenangan Akan Korban**: Liturgi dan tradisi Yahudi tetap menghormati ingatan terhadap korban kuno. Ada harapan dalam beberapa aliran Yudaisme bahwa korban akan dipulihkan jika Bait Allah dibangun kembali.
Transformasi ini memungkinkan Yudaisme bertahan sebagai agama yang dinamis dan relevan meskipun tanpa sistem korban fisik.