SHEMA YISRAEL

SHEMA YISRAEL
https://id.wikipedia.org/wiki/Shema_Yisrael
ULANGAN 6:4-9
Shema Yisrael (“Dengarlah, hai orang Israel”) adalah dua kata pertama yang digunakan sebagai bagian utama dari Doa Yahudi malam dan pagi, Shema Yisrael dipandang sebagai doa yang paling penting di dalam agama Yahudi dan penyebutannya dua kali dalam sehari adalah sebuah mitzvah (perintah rohani)
Inti utama dalam ayat tersebut adalah mencintai Tuhan dengan segenap hati, kekuatan serta hadiah yang muncul atas perbuatan itu.
Istilah ‘”Shema”‘ juga digunakan untuk merujuk kepada seluruh doa harian yang dimulai dengan Shema Yisrael dan terdiri dari Ulangan 6:4-9, 11:13-21, dan Bilangan 15:37-41.

Shema Yisrael
Agama Yahudi mengajarkan bahwa Tetragrammaton (י-ה-ו-ה) adalah nama Tuhan yang terlalu suci untuk diucapkan sehingga tidak diucapkan di dalam Shema namun biasanya diganti dengan אדני, Adonai (Tuanku”). Oleh karena alasan tersebut Shema diucapkan:
Shema Yisrael Adonai Eloheinu Adonai Ehad.
Arti harafiah dari setiap kata secara kasarnya adalah:
Shema – “Dengarkanlah” and “berlakulah”
Yisrael – Israel, di dalam artian sebagai sebuah bangsa atau jemaah.
Adonai – seringkali di terjemahkan sebagai “tuan”, digunakan sebagai pengganti Tetragrammaton (י-ה-ו-ה)
Eloheinu – “‘Tuhan kita”, kata “El” atau “Elohei” menandakan Tuhan (Lihat juga: Elohim), dan penentu kata milik jamak “nu” or “einu” berarti “kita”
Ehad – bahasa ibrani untuk “satu”
Bagian pertama berhubungan dengan tema dari kepemimpinan Tuhan. Ayat pertama, “Dengarlah, hai orang Israel: YHWH itu TUHAN kita, TUHAN itu esa.” dipandang sebagai pengakukan atas kepercayaan akan Tuhan Yang Mahaesa.
V’ahavta dalam Bahasa Ibrani. (Ul.6:5-9)
Ayat 5, biasa dirujuk dengan kata pertamanya seperti Shema. V’ahavta, berarti “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” dan ayat tersebut berisi perintah untuk mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa raga, serta mengingat kesemua perintah dan mengajarkannya kepada anak-anak. dan membicarakannya di dalam rumah dan di luar rumah, waktu beristirahat dan waktu bekerja (Ulangan 6:7), untuk mengikatkan perintah tersebut pada lengan dan dipasang pada dahi” (Ulangan 6:8) (dan diamalkan sebagai tefillin), serta menulisnya di dalam pada pintu rumah dan gerbang kota (Ulangan 6:9 ) (dan diamalkan sebgai mezuzah).

V’haya im shemoa (Ul.6: 13-21)
Bagian selanjutnya yang mengikuti “Shema” dan “V’ahavta” berhubungan dengan perihal hadiah dan hukuman. Bagian ini bersisi janji atas hadiah untuk pelayanan kepada tuhan dengan segenap jiwa dan raga (Ulangan 11:13-21) dan atas memenuhi hukum yang ada. Ayat tersebut juga bersisi hukuman atas pelanggaran.

Vayomer (Ul.6:22-25)
Bagian ayat 22-25 berkaitan dengan perihal pertobatan. Khususnya, bagian ini berisi tentang hukum yang berhubungan dengan tzitzit sebagai peringatan bahwa semua hukum Tuhan dipatuhi, dan sebagai peringtan akan bahayanya mengikuti kecenderungan jahat, dan sebagai peringatan akan keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Untuk nabi dan rahib, keluarnya bangsa Israel dari Mesir dipandang sebagai kepercayaan bahwa Tuhan akan menebus semua bentuk penaklukan asing. Untuk lebih lanjut dapat ditemukan di dalam “Shlach Lecha” pada kitab Bilangan.

Ul 6:1-12 – PANGGILAN UNTUK MENCINTAI TUHAN.
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=5&chapter=6&verse=5

Ulangan 6:4-9 sering disebut sebagai syema yitsrael, suatu panggilan bagi Israel untuk mendengar firman Tuhan. Ayat-ayat ini memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan iman Israel. Mereka melafalkan syema tiga kali dalam sehari, dan tidak ada penyembahan pada Hari Sabat di rumah ibadah tanpa melafalkannya. Syema ini merupakan pengakuan iman monoteisme Israel yang paling mendasar. Isinya memberikan penegasan bahwa Allah secara total berbeda dengan yang lain. Ia menyatakan diri- Nya kepada Israel dan dapat dipercaya karena Ia tidak berubah.

Melalui syema Israel diajar untuk memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama. Seluruh aspek kehidupan Israel didasari oleh hubungan cintanya dengan Tuhan. Di dalam cinta ini terkandung komitmen dan kesetiaan yang menyeluruh dan total. Syema ini: [1] harus tertanam dalam hati orang Israel (ayat 6); [2] harus tertanam dalam hati anak-anak Israel (ayat 7); [3] harus menjadi bagian hidup sehari-hari mereka (ayat 7); [4] harus menjadi identitas pribadi mereka (ayat 8); dan [5] menjadi identitas keluarga serta masyarakat Israel (ayat 9). Tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan orang Israel yang terlepas dari relasi mereka yang penuh kasih kepada Tuhan.

Apa yang diminta Tuhan bagi umat-Nya dan hamba-Nya bukanlah kecakapan untuk memimpin, berorganisasi, berkhotbah, bernyanyi, atau apapun yang lain, melainkan hati yang mengasihi Tuhan (Yoh. 21: 15-19). Tanpa kasih kita kepada Tuhan, pelayanan dapat menjadi jerat bagi kita. Hal itu menyedihkan hati Tuhan. Seluruh pelayanan kita, tanpa dilandasi oleh kasih kepada Tuhan, tidak akan berarti apa-apa di hadapan Tuhan (Why. 2:1-5).

Renungkan: Apakah yang menyukakan hati Allah juga keinginan kita terdalam? Apakah dalam setiap aspek kehidupan, cinta pada Tuhan termanifestasikan melalui ketaatan dan komitmen kita?