TENTARA, ATLIT DAN PETANI


TENTARA, ATLIT DAN PETANI
2Tim 2:1-7

Lagi-lagi mengenai penderitaan. Apakah seorang hamba Tuhan memang harus menderita? Begitukah sesungguhnya panggilan dasar seorang pelayan Tuhan?
Pelayanan Paulus bersama Timotius bukan tanpa hambatan. Banyak tantangan dan kesukaran. Maka bila Timotius akan meneruskan pelayanan Paulus, ia pun akan menghadapi kesulitan yang sama. Namun Paulus membekali Timotius dengan nasehat bagaimana seharusnya seorang pekerja Kristus bersikap.

Ada tiga gambaran yang Paulus berikan.
Pertama adalah gambaran tentara. Seorang tentara tidak memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri. Ia penuh disiplin dan kepatuhannya kepada atasan tak perlu dipertanyakan.
Gambaran kedua adalah atlet. Seorang atlet bertanding sesuai peraturan yang sudah ditetapkan. Ia tak bisa mengubah peraturan seenak hatinya sendiri. Untuk itu ia harus menyangkal diri demi mengikuti disiplin yang diterapkan.
Gambaran ketiga adalah seorang petani. Ia seorang pekerja keras. Ia harus memelihara dengan tekun benih yang sudah ditanam. Pekerjaannya membosankan karena ia harus melakukan hal yang sama tiap-tiap hari, yakni menyiram dan merawat tanaman jika ia ingin menuai hasil yang baik kelak.

Itulah tiga gambaran karakter yang harus dimiliki seorang pekerja Kristus. Setiap karakter memerlukan ketekunan dan ketahanan untuk menderita jika ingin berhasil. Tentara yang mundur sebelum perang berakhir tak akan melihat kemenangan. Atlet yang berhenti bertanding sebelum pertandingan berakhir, tak akan pernah meraih medali. Dan petani yang berhenti bekerja sebelum musim panen dimulai, tak akan pernah menuai hasil.
Melayani Tuhan tidak bisa sembarangan. Tak cukup hanya bermodal keinginan. Seorang pekerja Kristus harus tekun \’memelihara\’ benih Injil yang sudah ditabur, agar suatu saat dapat melihat buahnya dalam hidup orang-orang yang dilayani. Sebab itu, kita perlu melayani dengan motivasi yang tepat, kemurnian hidup, dan ketaatan pada kehendak Allah.

PENDALAMAN AYAT
A. Rajin Mengutamakan Orang Lain (2:1-7).
Satu hal terpenting dalam memelihara harta yang dipercayakan itu ialah mengajarkannya dengan setia kepada orang lain yang kemudian juga ditugaskan untuk mengajarkannya.

Wycliffe: 2Tim 2:1 – kuat // Kasih karunia // Ikutlah menderita // Bertanding menurut peraturan // Memperoleh mahkota
1. Untuk itu, kata Paulus, seorang guru Kristus harus kuat. Semua pemakaian kata ini di dalam Perjanjian Baru berhubungan dengan Paulus atau dipakai olehnya (4:17; Kis. 9:22; Rm. 4:20; Ef. 6:10; Flp. 4:13; I Tim. 1:12). Kasih karunia merupakan istilah universal untuk kuasa dan karunia Roh (lihat Charles Hodge, systematic Theology, II: 654, 655).

Tiga kiasan terkenal mengenai hubungan antara seorang guru Kristen dengan imannya dikemukakan di dalam nas ini: (1) Sebagai Seorang Prajurit (1:3, 4). Ikutlah menderita.Maksudnya, ikutlah menderita bersama aku. (2) Sebagai Seorang Olahragawan (1:5). Bertanding menurut peraturan. Ini mengandung arti latihan untuk pertandingan dan juga peraturan yang mengatur pertandingan. Memperoleh mahkota hanya dipakai di sini dan dalam Ibrani 2:7, 9 di dalam Perjanjian Baru; kata bendanya dipakai di 4:8. Mahkota ini di bagian lain dilukiskan sebagai “mahkota yang abadi” (I Kor. 9,25), “mahkota kebenaran” (4:8), “mahkota kehidupan” (Yak. 1:12, Why. 2:10), “mahkota kemuliaan” (I Ptr. 5:4). (3) Sebagai Seorang Petani (1:6). Prinsip ini dibahas dengan lebih lengkap di I Korintus 9:1-14 dan I Timotius 5:17, 18 dan dapat diterapkan kepada pemberian upah dan pemeliharaan, tetapi di sini yang ditekankan ialah keuntungan rohani bagi Timotius sendiri. Dia hendaknya mengetahui berkat-berkat dari pemberitaan yang dia sebarkan kepada orang lain (bdg. I Tim. 4:15, 16).

SUMBER:
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=55&chapter=2&verse=1