WASPADA TERHADAP PENYESAT.
2 Yohanes 1:1-11
1. Tujuan: Yohanes menulis surat ini untuk mengingatkan “Ibu yang terpilih” itu tentang hal memberi tumpangan, salam atau sokongan kepada pekerja keliling (guru, penginjil, dan nabi) yang sudah menyimpang dari kebenaran rasuli dan menyebarkan ajaran palsu, agar dia tidak ikut berperan dalam menyebarkan ajaran yang salah sehingga ikut bersalah. Surat ini mengecam ajaran palsu yang sama dengan yang dikecam dalam surat 1 Yohanes.
2.Penulis surat ini menamakan diri sebagai penatua. Lihat Pendahuluan I Yohanes. Mungkin pemakaian kata penatua yang tidak formal dan lebih akrab dibandingkan dengan kata “rasul”. Tentang pemakaian penatua di dalam hubungannya dengan usia lihat I Timotius 5:1, 2; I Petrus 5:5, dan di dalam hubungannya dengan jabatan lihat Kisah Para Rasul 11:30; 14:23; 15:4, 6, 23; 16:4; 20:17; I Timotius 5:17, 19; Titus 1:5; Yakobus 5:14; I Petrus 5:1.
3.Sang penatua menujukan suratnya kepada ibu yang terpilih dan anak-anaknya (ayat 1). Mungkin yang dimaksud adalah gereja lokal dan anggota-anggotanya. Mengapa Yohanes memakai nama kiasan? Ada kemungkinan surat ini ditulis pada masa penganiayaan terhadap orang percaya, sehingga Yohanes tidak ingin menyebutkan nama siapapun di dalam suratnya. Karena bila surat ini ditemukan oleh pihak penguasa, lalu mereka tahu siapa pengirim dan orang yang dituju surat tersebut, itu bisa membahayakan hidup kedua belah pihak. Namun bila tidak ada nama lalu surat itu jatuh ke tangan pihak yang tak berkepentingan, maka surat itu tidak lebih dari pesan seseorang kepada sahabatnya. Meski demikian, keinginan Yohanes untuk menulis surat tidaklah surut.
4.Dalam salam pembuka, rasul Paulus dan penulis Perjanjian Baru lainnya tidak menggunakan kata “salam” (Yun. chairein) yang sifatnya umum, tetapi menggantinya dengan charis (kasih karunia), yang mempunyai makna kristiani. Salam pembuka yang digunakan Yohanes di sini sangat khas.
4.1.Pertama, Yohanes menyisipkan kata “rahmat” sesudah “kasih karunia”. Kedua kata ini merefleksikan kasih Allah: kasih karunia (anugerah) bagi yang berdosa dan tidak layak, rahmat (belas kasihan) bagi yang miskin dan tak berdaya.
4.2.Kedua, Kristus disebutnya sebagai “Anak Bapa”, suatu hal yang ditekankan Yohanes dalam kristologinya. Manusia Yesus bukan hanya Juruselamat (Mesias), tetapi juga Anak Allah Bapa. Dengan mengulang kata “dari” di depan Yesus Kristus, Yohanes menekankan kesetaraan Anak dan Bapa sebagai sumber segala berkat.
4.3.Yohanes mengasihi dan memperhatikan orang lain dengan cara yang sesuai dengan penyataan PB mengenai Kristus. Adalah mungkin mengasihi orang lain, tetapi tidak mempunyai komitmen kepada kebenaran Firman Allah. Orang semacam itu menempatkan kasih, penerimaan, persahabatan, dan kesatuan di atas kebenaran dan perintah Allah (ayat 2Yoh 1:5-6). Pada pihak lain, juga mungkin bagi seorang di dalam gereja untuk menyebarluaskan kebenaran alkitabiah dan mempertahankan doktrinnya, namun tidak menunjukkan kasih dan perhatian terhadap orang lain. Yang dituntut oleh Allah ialah bahwa kita menunjukkan baik kasih untuk kebenaran-Nya maupun kasih untuk sesama. Kita “harus berpegang kepada kebenaran di dalam kasih” (Ef 4:15; bd. 1Kor 13:6
5.Bermodalkan kasih dan kebenaran tadi Yohanes mengajak jemaat untuk melawan Anti Kristus. Yang dimaksudkan disini adalah para guru guru penyesat. Mereka menyangkal pribadi Yesus yang telah datang sebagai manusia, dan menolak akan kemanusiaan-Nya. Istilah tehnisnya guru penyesat ini termasuk aliran yang memiliki paham plato bahwa materi (tubuh) adalah jahat, sedangkan roh adalah baik sehingga mengacu kepada sebuah aliran doketis. Aliran doketis ini telah menjadi pusat perhatian dari Rasul Yohanes bahkan pada suratnya yang pertama, bahwa mereka menolak Yesus yang lahir sebagai manusia. Dengan perkataan lain Yesus bukan manusia sejati, hanya kelihatan saja sebagai manusia. Kalau paham ini yang dianut maka penyaliban Yesus belum menyelesaikan penghukuman manusia,Karena Yesus bukan manusia (sejati) yang menderita dan menanggung hukuman menggantikan kita.
6.Kewaspadaan harus ditingkatkan menghadapi penyesat, maka jemaat diajak untuk berpegang terguh dan tinggal dalam ajaran Kristus (ayat 9). Pengajaran ini berasal dari Bapa, diteruskan kepada Anak, dan kemudian diteruskan kepada rasul-rasul, yang kemudian disampaikan kepada para pendengar yakni orang-orang yang percaya kepada Kristus bahwa Yesus dalam kemanusiaan-Nya adalah Anak Allah, dan Yesus adalah sungguh-sungguh Allah, dan dua natur tentang kemanusiaan dan keilahian-Nya sungguh-sungguh ada di dalam diri-Nya. Bahwa dalam inkarnasi-Nya, ia taat, menderita, sampai mati di kayu salib. Kemudian Ia dibangkitkan dan naik ke surge duduk di sebelah kanan Allah Bapa, dan akan datang kembali ke dunia untuk melakukan penghakiman.
7.Aplikasi.Kewaspadaan semacam ini masih perlu kita lakukan sebab penyesat sampai kedatangan Tuhan Yesus kedua kali masih terus melakukan aksinya. Penyesat datang dimulai dari seorang guru, atau pengkotbah atau pendeta dan kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan atau sebuah gereja dengan denominasi baru. Ajaran sesat dalam konteks ini adalah : Hanya mengakui Yesus sebagai Allah saja seperti di surat Yohanes, atau pada kesempatan lain ditemui Yesus hanya diakui dan dipercayai sebagai manusia saja ( manusia suci, dengan kemampuan supra natural, nabi atau guru yang membawa ajaran dari Allah). Yang harus dipegang teguh adalah kepercayaan bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia.