Perbedaan Sikap Umat Kristen Soal Donald Trump-Yerusalem
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
08 Desember, 2017
Reaksi komunitas internasional terbelah antara yang pro maupun kontra. Untuk yang kontra, kebetulan hampir seluruh petinggi negara-negara dunia mengecamnya. Bukan hanya pemimpin dunia Arab atau negara mayoritas Islam, namun juga negara-negara Barat yang selama ini kebijakan luar negerinya selaras dengan arah politik AS.
“PGI mendorong gereja-gereja untuk menempatkan status Yerusalem dalam skema jalan dalam dua negara demi perdamaian dan keadilan bagi orang Israel dan Palestina. Olehnya, PGI berharap, Yerusalem tidak serta merta diklaim sebagai ibukota oleh negara mana pun.”
Sebagaimana dilaporkan New York Times, beberapa jam sebelum Trump mengumumkan kebijakannya, Paus Fransiskus membuat permohonan yang berapi-api agar Tump tidak melakukan apapun yang bisa menimbulkan ketegangan di Yerusalem.
Di hari yang sama, 13 pemimpin gereja-gereja di Yerusalem turut membuat pernyataan resmi melalui sebuah surat yang berisi permohonan agar Trump membatalkan rencananya. Mereka adalah Patriarch Theophilos III dari Patriarkat Ortodoks Yunani; Pierbattista Pizzaballa, Administrator Apostolik Patriarkat Latin; Uskup Agung Joseph-Jules Zerey dari Patriarkat Katolik Melkite-Yunani; Uskup Agung Suheil Dawani dari Gereja Anglikan di Israel; dan beberapa pemimpin Kristen lainnya.
Di AS misalnya, dan kemudian menyebar ke negara lain, ada kelompok Kristen pembela proyek Zionisme yang juga setia menjadi pendukung Trump sejak kampanye pemilihan presiden AS 2016. Gerakan ini sudah ada sejak lama, tapi baru akhir-akhir ini mendapat panggung di negeri Paman Sam. Zionis Kristen, demikian sebutannya, adalah penganut Kristen yang meyakini kembalinya orang Yahudi ke Yerusalem dan pendirian Negara Israel sesuai dengan nubuat Alkitab.
Menurut riset LifeWay Research yang dipublikasikan Christianity Today pada Desember 2017, 45 persen evangelis AS menyatakan Alkitab berpengaruh terbesar terhadap pandangan mereka tentang Israel. Sebanyak 63 persen dari mereka mendukung Israel karena “Tuhan memberikan tanah Israel kepada orang-orang Yahudi.”
Bagian lain riset tersebut menyatakan bahwa 80 persen evangelis AS menyatakan bahwa pendirian negara Israel pada tahun 1948 merupakan pemenuhan nubuat Alkitab dan meyakini Tuhan memang menjanjikan tanah Israel kepada Abraham serta keturunannya untuk selama-lamanya.
Laueie Cardoza-Moore adalah pendiri dan presiden Proclaiming Justice to The Nations dan Utusan Khusus untuk PBB untuk Dewan Gereja Kristen Independen Dunia. Rabu (6/12/2017) ia menuliskan opininya di kanal Hareetz dengan judul yang langsung bersikap atas isu yang dibawa Trump: “Kami Orang Kristen Amerika Menerima dengan Senang Hati Kepatuhan Trump kepada Sabda Allah di Yerusalem”
Laueie menyebutkan lagi keputusan Kongres AS pada 1995 yang menyeru agar AS mesti memulai pendanaan dan pemindahan kedutaan besar negara dari Tel Aviv ke Yerusalem—paling lambat 31 Mei 1999. Realisasi UU ini juga berlaku sebagai tanda penghormatan untuk kebijakan Israel yang memutuskan Yerusalem sebagai ibukota mereka.
Presiden Clinton, Bush, dan Obama selalu urung menjalankannya dengan menandatangani hak penolakan tiap enam bulan. Alasannya, mereka takut akan menggoncangkan stabilitas dan keamanan kawasan. Laueie memuji Trump karena berani berbeda, dan menyatakan lobi-lobi yang dilancarkan pihaknya selama ini menuai keberhasilan. Di bagian lain opini, Laueie mengemukakan argumen teologis untuk mendukung keputusan Trump—argumen khas Zionis Kristen.
Kegembiraan dan dukungan Laueie juga dikemukakan oleh Liberty Counsel, organisasi evangelis yang konservatif dan mendukung politik sayap kanan di AS. Meski suaranya lumayan kencang, namun bukan berarti seluruh penganut Protestan di AS mendukung Trump.
Salah satu organisasi yang kontra adalah The National Council of Churces (NCC) yang mewakili sekitar 35 juta orang Protestan AS di 38 denominasi yang berbeda; mulai dari Presbiterian, Metodis, hingga Konvensi Baptis Nasional. Sebagaimana dilaporkan Hareetz, mereka menilai Trump “telah membuang bahan bakar pada kebakaran konflik di wilayah tersebut, sementara orang-orang akan mati sebagai akibat langsung dari keputusan ini.”
NCC mengatakan, “dengan secara sepihak menyatakan seluruh kota (Yerusalem) menjadi ibukota Israel dan dengan mengumumkan langkah utnuk memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem,” Trump “telah sangat merusak sisa kredibilitas diplomat AS untuk bertindak sebagai perantara untuk sebuah persetujuan perdamaian..”
SUMBER
(tirto.id – awa/msh)
https://tirto.id/perbedaan-sikap-umat-kristen-soal-donald-trump-yerusalem-cBmr
ANALISA SINGKAT
Mengapa ada perbedaan mensikapi keputusan Trump terhadap Yerusalem diantara 2 golongan gereja atau umat Kristen?
Tidak lain karena masing masing golongan mempunyai pandangan teologis yang berbeda terhadap Israel .
Golongan I : berkeyakinan bahwa kelahiran negara Israel Modern merupakan pemenuhan nubuat Alkitab. Berbagai peristiwa sehubungan dengan Israel akan terjadi termasuk nanti akan didirikannya Bait Allah ke 3, dan pada waktunya Tuhan Yesus akan datang untuk memerintah dunia dalam kerajaan seribu tahun dengan pusatnya di Yerusalem.
Golongan 2: berkeyakinan bahwa kelahiran negara Israel Modern tidak ada kena mengenanya dengan nubuat Alkitab. Golongan ini berpendapat bahwa umat Israel sudah dihukum karena pembangkangan terhadap segala perintah Allah dan juga untuk penolakkan mereka terhadap Yesus dan menyalibkanNya, maka mereka dihukum sejak tahun 70M dengan dihancurkannya Bait Allah di Yerusalem dan bangsa Yahudi disebarkan keseluruh dunia. Tuhan Allah didalam Yesus Kristus telah menciptakan ISRAEL BARU (umat Kristen) yang terdiri dari orang orang non Yahudi dan orang Yahudi. Golongan Kristen ini menantikan Yerusalem baru yang akan didatangkan Allah, buatan Allah, seperti yang tertulis di Wahyu 21.
Memakai istilah tehnis teologis maka Golongan I menganut Teologia Premillianisme Dispensasional dan Golongan II menganut Teologia Non Premillianiasme Dispensasionalis (termasuk didalamnya Roma Katolik, Gereja Ortodoks, bagian besar gereja gereja Calvinis , Lutheran, dllnya )
TEOLOGIA PREMILLIANISME DISEPNSASIONAL
http://sekolahtinggiteologicovenant.blogspot.co.nz/
· Pandangan ini menyatakan bahwa Kristus akan kembali sebelum Kerajaan Millenium dan bahwa Ia akan memerintah dalam Kerajaan-Nya. Kerajaan Damai yang berlangsung selama seribu tahun tidak bisa dirohanikan dengan alasan apapun.
· Hal-hal Kerajaan Sorga memang saat ini sudah mulai terjadi secara rohani melalui gereja (Rm 14:17), dalam kuasa pelayanan Mesias pada kedatangan-Nya pertama, namun pemenuhan kerajaan tersebut secara fisik serta realisasinya secara sempurna akan terjadi di dalam Kerajaan Millenium yang akan datang.
· Kedatangan Kristus ke bumi akan terjadi secara literal sebelum Kerajaan Seribu Tahun didirikan (Kis 1:11). Dalam kerajaan tersebut, janji-janji kepada Israel akan digenapi secara literal selama seribu tahun. Setelah itu, Kristus akan menyerahkan Kerajaan-Nya kepada Bapa untuk seterusnya memasuki Kerajaan Kekal (1 kor 15:24-25).