TEOLOGI SISTIMATIKA
FS 17 A – DOSA
“Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, …. Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” Mazmur 51:6-7
DEFINISI DOSA
1.Dosa memiliki arti dasar: tidak mengena pada sasaran, meleset dari tujuan, melanggar batas, tidak taat/tidak patuh, melawan atau memberontak. Dosa dapat didefinisikan sebagai pemberontakan secara aktif terhadap Allah Pencipta yang menyebabkan manusia tidak taat, melanggar hukum Allah, dan menyimpang dari tujuan Allah yang menciptakannya. Dosa selalu berkontradiksi dengan kekudusan Allah sehingga tidak dapat dipandang sepele, sebaliknya harus dipandang serius.
2.Dosa bukanlah sesuatu yang timbul dari sifat kebinatangan manusia karena manusia diciptakan berbeda secara esensial dengan binatang. Dosa juga bukan nafsu fisikal manusia semata-mata. Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah dan setelah kejatuhan Adam dalam dosa, dosa melekat pada setiap manusia keturunannya seperti yang diungkapkan oleh Daud, “Sesungguhnya, … dalam dosa aku dikandung ibuku.”
ASAL DOSA
1.Hegel pernah mengatakan, “Kejahatan merupakan suatu langkah yang perlu di dalam perkembangan sejarah.” Kalimat ini bisa berarti bahwa Allahlah yang menghendaki dosa itu ada dalam sejarah manusia sehingga Ia dapat menunjukkan kebaikan-Nya dan manusia dapat belajar dari kesalahannya. Atau dengan kata lain, dosa berasal dari kekekalan. Pandangan ini keliru karena hanya Allahlah yang berasal dari kekekalan, dandi dalam kekudusan-Nya, tidak mungkin dosa memperoleh tempat. Jika dosa adalah atas kehendak dan prakarsa Allah, pengusiran manusia dari kekudusan Allah merupakan sandiwara terbaik yang pernah ada dalam sejarah manusia. Hal ini dapat berarti bahwa Allah itu kudus sekaligus berdosa. Jika demikian, Allah adalah penipu sebab Ia pernah berkata, “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus” (Ima 19:2).
2.Dosa berasal dari Iblis. Iblislah yang pertama kali memberontak terhadap Allah dan ia ingin mengajak manusia ciptaan Allah untuk juga memberontak terhadap Allah. Alkitab berkata, “Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya” (1Yo 3:8). Iblis menggoda Hawa untuk melanggar peraturan atau larangan Allah sama seperti yang ia telah lakukan. Selanjutnya, Hawa menggoda Adam untuk menuruti keinginan Iblis. Akhirnya, Iblis berhasil membawa Adam dan Hawa menuruti keinginannya. Rasul Yohanes berkata, “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran” (Yoh 8:44).
3.Memang Allah yang memberi kehendak bebas manusia sehingga manusia bisa memilih menaati Allah atau melawan Allah. Tetapi itu bukan berarti Allah yang menghendaki manusia berdosa. Manusia memberontak dan berbuat dosa atas keinginannya sendiri yang memilih mengikuti keinginan Iblis. Misalnya, seorang bapa membelikan anak remajanya sebuah sepeda motor. Hal ini dilakukannya supaya anaknya dapat lebih luas beraktivitas dan menghemat banyak ongkos transportasi. Namun, anaknya suka menggunakan motor tersebut dengan berkebut-kebutan yang akhirnya membawanya pada kecelakaan yang merenggut nyawanya. Apakah dengan demikian bapanya yang menghendaki kematian anaknya? Tentu tidak. Anaknyalah yang menyalahgunakan apa yang telah diberi oleh bapanya.
SUMBER:
http://learning.sabda.org/baca.php?b=manusia#00013