oleh Martin Suryajaya:
Martin meraih gelar doktor dalam bidang filsafat dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Selain itu, ia juga bekerja sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana, Institut Kesenian Jakarta dan sebagai konsultan kebijakan di Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Martin juga aktif sebagai YouTuber, di mana ia sering membahas topik-topik seperti filsafat, sastra, dan isu-isu budaya dalam cara yang mudah diakses dan menarik
### 1. Pengantar
Martin membuka video dengan menggarisbawahi urgensi pelestarian lingkungan hidup. Dia mengajukan pertanyaan mendasar: Mengapa kita harus peduli dan melindungi alam? Pengantar ini menyiapkan kerangka berpikir bagi penonton untuk memahami pentingnya perlindungan alam dalam konteks kepentingan manusia dan alam itu sendiri.
### 2. Antroposentrisme
Di bagian ini, Martin menjelaskan konsep **antroposentrisme**. Antroposentrisme adalah pandangan yang menempatkan manusia sebagai pusat dari segala sesuatu. Dalam konteks pelestarian lingkungan, pandangan ini menilai alam berdasarkan manfaatnya bagi manusia. Misalnya, reboisasi dilakukan untuk menjaga stok kayu, atau konservasi daerah aliran sungai untuk mencegah banjir yang merugikan manusia. Martin menunjukkan bagaimana pandangan ini sering kali menyebabkan eksploitasi alam tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.
### 3. Ekosentrisme
Martin kemudian menguraikan konsep **ekosentrisme**, yang menekankan nilai intrinsik seluruh komponen ekosistem, termasuk makhluk hidup dan unsur-unsur tak hidup yang menunjangnya. Ekosentrisme mengajarkan bahwa setiap bagian dari alam memiliki nilai tersendiri, terlepas dari manfaatnya bagi manusia. Pandangan ini dicetuskan oleh tokoh seperti Arne Naess dan Val Plumwood. Martin menunjukkan bagaimana ekosentrisme menawarkan pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan dibandingkan antroposentrisme.
### 4. Kritik terhadap Ekosentrisme
Meskipun ekosentrisme tampak sebagai solusi yang lebih baik, Martin mengkritik bahwa dalam praktiknya, pendekatan ini sering kali masih terjebak dalam hantu antroposentrisme. Bahkan ketika kita mengklaim menghargai alam untuk nilai intrinsiknya, kita sering kali tetap menempatkan kepentingan manusia sebagai referensi utama. Martin mengajak penonton untuk merenungkan sejauh mana kita benar-benar dapat memisahkan kepentingan manusia dari nilai alam itu sendiri.
### 5. Sejarah Evolusi Kehidupan
Bagian ini membahas sejarah evolusi kehidupan di Bumi untuk memperlihatkan bagaimana pandangan manusia terhadap alam telah berkembang seiring waktu. Martin menjelaskan bahwa pemahaman kita tentang posisi kita di alam semesta telah berubah dari waktu ke waktu, mulai dari pandangan yang sangat antroposentris hingga pandangan yang lebih inklusif terhadap semua bentuk kehidupan. Ini memberikan konteks sejarah yang memperkaya pemahaman kita tentang pelestarian alam.
### 6. Kesimpulan
Dalam kesimpulannya, Martin menekankan pentingnya mengubah sudut pandang kita terhadap alam untuk mencapai pelestarian yang sejati. Dia menyarankan bahwa kita perlu mengintegrasikan perspektif ekosentris ke dalam tindakan nyata, dan tidak hanya berfokus pada kepentingan manusia. Martin mengajak penonton untuk mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari tindakan kita terhadap lingkungan dan mengembangkan sikap yang lebih menghargai alam.
Penjelasan ini memberikan gambaran komprehensif tentang bagaimana pandangan antroposentris dan ekosentris mempengaruhi pelestarian lingkungan hidup, serta tantangan dan peluang dalam mengadopsi pendekatan yang lebih berkelanjutan.
Ref.:
Hantu Antroposentrisme dalam Pelestarian Alam