INSTING SEKSUAL PADA MANUSIA LAMA DAN BARU

Mari kita bahas insting seksual dalam konteks teologi Paulus mengenai “manusia lama” dan “manusia baru,” serta persamaan dan perbedaannya:

Konsep Manusia Lama dan Manusia Baru dalam Teologi Paulus:
• Manusia Lama (Roma 6:6, Efesus 4:22, Kolose 3:9): Merujuk pada keberadaan manusia sebelum Kristus, yang dikuasai oleh dosa, hawa nafsu kedagingan, dan pemberontakan terhadap Allah. Ini adalah natur yang cenderung pada keinginan-keinginan duniawi dan terpisah dari kehidupan ilahi.

• Manusia Baru (Roma 6:4, Efesus 4:24, Kolose 3:10): Merujuk pada keberadaan manusia setelah menerima Kristus dan mengalami kelahiran baru melalui Roh Kudus. Manusia baru diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Ia memiliki natur yang diperbarui, dengan kecenderungan untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Insting Seksual dalam Pandangan Paulus:
Paulus mengakui bahwa insting seksual adalah bagian dari kodrat manusia (1 Korintus 7:2-9). Namun, dalam kerangka teologinya tentang manusia lama dan baru, ia memberikan perspektif yang berbeda tentang bagaimana insting ini seharusnya dipahami dan diekspresikan.

Persamaan:
• Pengakuan akan Keberadaan Insting: Baik manusia lama maupun manusia baru memiliki insting seksual sebagai bagian dari diri mereka sebagai makhluk biologis. Paulus tidak menyangkal keberadaan dorongan ini.
• Potensi Penyalahgunaan: Baik sebelum maupun sesudah Kristus, ada potensi bagi manusia untuk menyalahgunakan insting seksual. Paulus mengecam keras percabulan dan segala bentuk imoralitas seksual (1 Korintus 6:18, Galatia 5:19).

Perbedaan:
Fitur Manusia Lama Manusia Baru
ML:Penguasaan Diri Dikendalikan oleh hawa nafsu dan keinginan daging (Roma 6:12). MB: Dimampukan oleh Roh Kudus untuk mengendalikan diri (Galatia 5:22-23, 1 Korintus 7:9).

ML: Tujuan Cenderung untuk memuaskan keinginan diri sendiri di luar batasan Allah. MB: Mengarahkan seksualitas dalam konteks pernikahan yang kudus (1 Korintus 7:2), untuk kasih, kesetiaan, dan prokreasi yang bertanggung jawab.

ML: Motivasi Seringkali didorong oleh nafsu yang menyesatkan (Efesus 4:22). MB:Dimotivasi oleh kasih Kristus dan keinginan untuk menyenangkan Allah (1 Korintus 6:19-20).

ML: Perspektif Melihat seksualitas sebagai pemenuhan kebutuhan biologis semata. MB:Memahami seksualitas dalam dimensi spiritual dan relasional, sebagai bagian dari rencana Allah yang lebih besar.

ML:Dampak Dosa Rentan terhadap dosa seksual yang memisahkan dari Allah (1 Korintus 6:18). MB:Memiliki Roh Kudus yang memampukan untuk melawan keinginan daging dan hidup dalam kekudusan (Roma 8:1-14).

Kesimpulan dalam Teologi Paulus:
Bagi Paulus, transisi dari manusia lama menjadi manusia baru di dalam Kristus membawa perubahan mendasar dalam bagaimana seseorang memahami dan menghidupi seksualitasnya. Meskipun insting seksual tetap ada, manusia baru tidak lagi dikuasai olehnya. Melalui Roh Kudus, mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri, mengarahkan insting ini dalam cara yang menghormati Allah dan pasangan, serta melihatnya sebagai bagian dari hubungan yang kudus dalam pernikahan.
Manusia lama cenderung menggunakan seksualitas untuk memuaskan diri sendiri, seringkali di luar batasan etika dan moral Kristen. Sebaliknya, manusia baru dipanggil untuk menghidupi seksualitas dengan penuh tanggung jawab, kasih, dan kesucian, sesuai dengan kehendak Allah yang telah dinyatakan dalam Kristus.