Mengaplikasikan konsep *sense of space* dan *sense of place* dalam kehidupan masyarakat Kristen yang terbagi dalam ratusan denominasi, namun harus hidup bersama dalam satu “bahtera,” membantu kita memahami bagaimana umat Kristen dapat menciptakan harmoni di tengah perbedaan doktrin dan praktik ibadah. Kisah Nuh dan bahteranya dapat digunakan sebagai analogi untuk melihat bagaimana denominasi-denominasi Kristen dapat hidup bersama dalam kesatuan meskipun berbeda-beda.
### 1. *Sense of Space* (Kesadaran akan Ruang)
*Sense of space* dalam konteks ini mengacu pada cara setiap denominasi memahami dan mengelola ruang teologis, ruang ibadah, dan ruang sosial mereka dalam kehidupan bersama. Ruang ini bisa bersifat fisik, sosial, atau spiritual, dan pengelolaannya sangat penting untuk menjaga keharmonisan di tengah keragaman.
– **Menghormati Perbedaan Ruang Ibadah dan Praktik**: Sama seperti Nuh dan keluarganya harus berbagi ruang dengan berbagai jenis binatang dalam bahtera, setiap denominasi Kristen harus menghormati ruang ibadah dan praktik teologis yang berbeda. Denominasi yang berbeda memiliki cara penyembahan, sakramen, dan liturgi yang mungkin sangat beragam, namun dengan kesadaran ruang, mereka dapat saling menghormati satu sama lain tanpa merasa terancam. Kesadaran bahwa setiap kelompok memiliki ruang spiritual yang unik mengajarkan pentingnya toleransi dan penghargaan terhadap cara beribadah yang berbeda.
– **Koordinasi dalam Ruang Bersama**: Di dalam bahtera, semua makhluk harus hidup berdampingan dalam ruang yang terbatas. Dalam konteks denominasi, ini berarti bahwa denominasi-denominasi Kristen harus mampu berkoordinasi dalam ruang bersama, baik itu dalam pelayanan sosial, kegiatan antar-gereja, atau dalam misi-misi bersama. Mereka perlu bekerja sama dalam berbagai inisiatif yang membutuhkan kolaborasi lintas denominasi, seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, bantuan kemanusiaan, dan advokasi keadilan sosial. Kesadaran akan ruang yang dibagi ini memungkinkan semua denominasi berkontribusi tanpa harus kehilangan identitas teologisnya.
– **Mengelola Ketegangan dalam Ruang Bersama**: Sama seperti di dalam bahtera, ruang terbatas bisa memicu ketegangan di antara makhluk yang berbeda. Dalam kehidupan denominasi Kristen, ketegangan ini bisa muncul dari perbedaan teologi, dogma, atau praktik ibadah. Kesadaran ruang mengajarkan umat Kristen untuk menemukan cara-cara untuk meredam konflik dan menjaga perdamaian, melalui dialog teologis yang terbuka, kesediaan untuk saling memahami, dan fokus pada hal-hal yang menyatukan, seperti iman kepada Kristus, daripada hanya berfokus pada perbedaan.
### 2. *Sense of Place* (Makna Emosional dan Kultural yang Dikaitkan dengan Tempat)
*Sence of place* membantu kita melihat bagaimana umat Kristen, meskipun berbeda dalam denominasi, dapat berbagi makna yang lebih besar dalam tempat yang sama, yakni tempat yang melambangkan kesatuan dalam iman dan misi bersama.
– **Bahtera sebagai Simbol Kesatuan dalam Kristus**: Seperti bahtera yang menjadi tempat perlindungan bagi Nuh dan keluarganya, komunitas Kristen yang terdiri dari berbagai denominasi dapat melihat dunia sebagai “bahtera” di mana mereka semua berada dalam perjalanan spiritual yang sama. Meskipun setiap denominasi memiliki ciri khas dan identitasnya sendiri, mereka semua berbagi misi yang sama dalam Kristus, yaitu keselamatan dan kasih karunia yang diberikan kepada semua orang. *Sense of place* dalam konteks ini memberikan makna emosional dan spiritual bahwa semua denominasi berada dalam “kapal” yang sama, menghadapi tantangan dunia yang sama, dan memiliki tujuan keselamatan yang sama.
– **Gereja Sebagai Tempat yang Diberkati untuk Semua**: Dalam bahtera, Nuh bertanggung jawab untuk menjaga semua makhluk hidup dengan baik, terlepas dari jenis atau spesies mereka. Gereja, sebagai tempat fisik dan spiritual, dapat berfungsi sebagai “bahtera” modern di mana semua denominasi bisa datang bersama, berbagi berkat Tuhan, dan saling mendukung. Tempat ini bisa menjadi simbol persatuan dalam keragaman, di mana setiap denominasi merasa diterima dan diperlakukan dengan penuh kasih, tanpa tekanan untuk menyamakan perbedaan mereka.
– **Misi Bersama yang Diberikan Tuhan**: Sama seperti bahtera yang membawa Nuh dan keluarganya dalam misi penyelamatan umat manusia dan binatang dari kehancuran, gereja-gereja dari berbagai denominasi dipanggil untuk menjalankan misi bersama untuk menyebarkan kasih Tuhan dan membawa Injil ke seluruh dunia. Tempat ini bukan hanya fisik, tetapi juga makna spiritual yang menghubungkan setiap denominasi dalam tujuan yang sama: menjadi terang bagi dunia dan membawa kasih Tuhan ke semua orang. Dalam *sense of place* ini, denominasi yang berbeda dapat bersatu dalam misi yang lebih besar, terlepas dari perbedaan internal.
### Aplikasi Praktis dalam Kehidupan Bersama:
– **Dialog Teologis yang Terbuka**: Gereja-gereja dari berbagai denominasi dapat mempraktikkan dialog teologis yang terbuka dan penuh kasih untuk memahami perbedaan mereka. Ini dapat menciptakan ruang untuk membangun kesepahaman, di mana setiap denominasi bisa berbagi keyakinannya dengan hormat dan tanpa menghakimi.
– **Pelayanan Sosial Bersama**: Sama seperti Nuh menjaga semua makhluk di dalam bahtera, gereja-gereja dari berbagai denominasi dapat bekerja sama dalam pelayanan sosial yang melayani semua orang, seperti membantu yang miskin, yang tertindas, dan yang menderita. Ini adalah kesempatan bagi denominasi untuk bekerja di ruang bersama dan menunjukkan kasih Kristus secara konkret kepada dunia.
– **Membangun Identitas yang Berdasarkan Persamaan**: Meskipun setiap denominasi memiliki identitas yang unik, mereka dapat menemukan kesatuan dalam hal-hal yang menyatukan mereka, seperti iman kepada Kristus, kepercayaan pada Alkitab, dan panggilan untuk melayani dunia. *Sense of place* ini membantu membangun identitas bersama sebagai satu tubuh dalam Kristus, meskipun ada perbedaan di antara mereka.
### Kesimpulan:
Mengaplikasikan lensa *sense of space* dan *sense of place* dalam kehidupan denominasi Kristen yang berbeda mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan ruang teologis, ibadah, dan sosial, sambil tetap bekerja sama dalam ruang bersama yang lebih besar. Di sisi lain, *sense of place* memberikan makna yang lebih mendalam pada hubungan antar-denominasi, di mana semua umat Kristen berada dalam satu “bahtera” yang sama, dipanggil untuk menjalankan misi Tuhan dan hidup dalam kasih. Melalui pendekatan ini, umat Kristen dapat hidup dalam harmoni, meskipun berada dalam keanekaragaman denominasi.