MENGOMEL ATAU BERSYUKUR?

PERSPEKTIF ALKITABIAH -PSIKOLOGIS

Mengomel dan bersyukur memiliki efek yang sangat berbeda pada kesejahteraan kita, baik dari perspektif alkitabiah maupun psikologis.

 

### Perspektif Alkitabiah

  1. **Mengomel:**

   – Alkitab sering kali memperingatkan kita tentang bahaya mengomel. Dalam Filipi 2:14-15 dikatakan, “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tidak beraib dan tidak bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia.”

   – Mengomel dianggap sebagai tanda ketidakpuasan dan ketidakpercayaan kepada Tuhan. Hal ini bisa merusak hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.

 

  1. **Bersyukur:**

   – Alkitab sangat menekankan pentingnya bersyukur. 1 Tesalonika 5:18 mengatakan, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

   – Bersyukur menunjukkan kepercayaan dan kepuasan kita kepada Tuhan. Ini membantu kita mengenali dan menghargai berkat-berkat yang Tuhan berikan.

 

### Perspektif Psikologis

  1. **Mengomel:**

   – Mengomel sering kali dikaitkan dengan emosi negatif seperti frustrasi, marah, dan stres. Mengomel berulang kali dapat memperkuat pola pikir negatif dan merusak kesehatan mental.

   – Penelitian menunjukkan bahwa mengomel dapat meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.

 

  1. **Bersyukur:**

   – Bersyukur memiliki banyak manfaat psikologis. Penelitian menunjukkan bahwa bersyukur dapat meningkatkan kebahagiaan, mengurangi depresi, meningkatkan kualitas tidur, dan memperkuat hubungan sosial.

   – Praktik bersyukur membantu kita fokus pada hal-hal positif dalam hidup, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

 

### Pesan Praktis

  1. **Mengatasi Kebiasaan Mengomel:**

   – Sadari pola mengomel dan cobalah untuk menggantinya dengan perilaku yang lebih positif. Misalnya, alih-alih mengeluh tentang situasi yang tidak ideal, cobalah mencari sisi positif atau solusi.

 

  1. **Mengembangkan Kebiasaan Bersyukur:**

   – Mulailah jurnal syukur, di mana kamu menulis tiga hal yang kamu syukuri setiap hari. Ini dapat membantu mengubah fokus dari hal-hal negatif ke hal-hal positif.

   – Luangkan waktu setiap hari untuk merenungkan dan mengucap syukur atas berkat-berkat yang kamu terima, baik besar maupun kecil.

+++Dengan menghindari kebiasaan mengomel dan mengembangkan kebiasaan bersyukur, kita dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan spiritual, serta memperkuat hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.

 

### References:

– [Alkitab dalam Terjemahan Baru](https://www.alkitab.or.id/alkitab/terjemahan-baru)

– [Psychological Benefits of Gratitude](https://www.psychologytoday.com/us/basics/gratitude/the-benefits-gratitude)