Mengenal Penciptaan: Antara Alkitab, Ilmu Pengetahuan, dan Empat Pandangan Kristen
- Alkitab: Menjawab Siapa, Bukan Bagaimana
1.1.Kitab Kejadian, terutama pasal 1–2, telah menjadi dasar pemahaman Kristen tentang asal-usul dunia. Namun, penting untuk disadari bahwa fokus utama Alkitab bukanlah menjelaskan bagaimana dunia diciptakan secara ilmiah, tetapi siapa yang menciptakannya dan mengapa. Kejadian 1:1 menyatakan dengan jelas: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Ini adalah pernyataan iman yang menekankan kuasa dan otoritas Sang Pencipta.
1.2.Dengan kata lain, Alkitab adalah buku wahyu, bukan buku sains. Ia mengajar tentang maksud dan tujuan Allah, relasi-Nya dengan manusia, serta martabat ciptaan. Upaya menjadikan Alkitab sebagai panduan ilmiah justru berisiko menyimpang dari maksud penulisnya dan menimbulkan konflik yang tidak perlu dengan ilmu pengetahuan modern.
- Ilmu Pengetahuan: Menjelaskan Proses, Bukan Menggantikan Allah
Ilmu pengetahuan modern telah membantu kita memahami proses-proses alam seperti pembentukan galaksi, evolusi biologis, dan usia bumi. Namun, semua ini tidak menjawab pertanyaan eksistensial dan teologis seperti: Mengapa ada sesuatu daripada tidak ada? Siapa yang mengatur hukum alam?
Mazmur 19:2 berkata, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” Sains, bila dipahami dengan benar, justru dapat memperdalam rasa kagum kita kepada Tuhan. Kita tidak harus memilih antara iman dan ilmu; kita hanya perlu memberi tempat yang tepat bagi keduanya.
- Bahaya Memaksakan Tafsir Ilmiah atas Kitab Suci
Ketika orang Kristen bersikeras bahwa Kejadian harus dibaca secara harfiah dan sesuai dengan teori tertentu—misalnya bumi berumur 6.000 tahun—kita bisa terjebak dalam benturan dengan sains yang tidak perlu. Yesaya 55:9 mengingatkan kita bahwa rancangan Allah jauh melampaui akal manusia. Oleh sebab itu, kita perlu rendah hati dalam memahami wahyu maupun alam semesta.
- Empat Pandangan Kristen tentang Asal-usul
Buku Four Views on Creation, Evolution, and Intelligent Design (Zondervan Academic) menawarkan wawasan berharga tentang bagaimana orang Kristen yang setia pada Alkitab memahami topik penciptaan dan ilmu pengetahuan. Empat pendekatan utama yang dibahas:
- 4.1.Young Earth Creationism (Ken Ham):
Bumi diciptakan dalam 6 hari literal sekitar 6.000 tahun lalu. Evolusi ditolak. - 4.2.Old Earth Creationism (Hugh Ross):
Bumi berumur miliaran tahun. Allah mencipta secara langsung dalam jangka waktu panjang. Evolusi sebagian ditolak. - 4.3.Evolutionary Creationism (Deborah Haarsma):
Allah mencipta melalui proses evolusi. Kejadian dipahami secara simbolik. - 4.4.Intelligent Design (Stephen Meyer):
Fokus pada bukti rancangan cerdas dalam alam semesta. Menolak evolusi Darwinian, tanpa memegang satu pandangan khusus tentang usia bumi.
Buku ini tidak menjelaskan secara ilmiah bagaimana bumi terbentuk, tetapi menyajikan diskusi teologis dan filosofis tentang bagaimana umat Kristen menafsirkan Kitab Kejadian di era ilmu pengetahuan modern. Fokusnya tetap pada Allah sebagai Pencipta, sambil membuka ruang dialog dengan sains.
- Penutup: Iman, Ilmu, dan Rasa Hormat
Matius 22:37 mengajarkan kita untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan akal budi. Itu berarti orang Kristen tidak dipanggil untuk menolak sains, tetapi untuk mengintegrasikannya secara bijak dalam terang iman. Tuhan yang menciptakan hukum alam adalah Tuhan yang menyatakan diri dalam firman.
Dengan bersikap terbuka, rendah hati, dan hormat pada kebenaran baik dalam Kitab Suci maupun ciptaan, kita dapat menapaki jalur iman dan ilmu secara seimbang dan saling memperkaya.