PERJUMPAAN SAULUS DENGAN KRISTUS
Kis.Ras. 9:1-9
1.Namanya dalam bahasa Ibrani adalah Saul – yang diinginkan, meskipun tubuhnya luar biasa kecil (tinggi 135 cm) jika dibandingkan dengan Raja Saul yang tinggi dan berwibawa, yang namanya sama dengan dia. Nama Romawi yang dipakainya di kalangan warga Roma adalah Paulus – kecil. Ia dilahirkan di Tarsus, sebuah kota di Kilikia, kota merdeka di bawah pemerintahan Romawi, dan ia sendiri orang merdeka di kota itu. Ayah dan ibunya sama-sama orang Yahudi asli. Oleh sebab itulah ia menyebut dirinya orang Ibrani asli. Ia berasal dari suku Benyamin, yang setia kepada Yehuda.
2.Ia dididik pertama-tama di sekolah-sekolah Tarsus. Di sana ia mempelajari filsafat dan puisi orang-orang Yunani. Dari sana ia dikirim ke sekolah tinggi di Yerusalem, untuk mempelajari ilmu ketuhanan dan hukum Yahudi. Gurunya adalah Gamaliel, seorang Farisi terkemuka. Paulus memiliki kecerdasan luar biasa, dan perkembangan belajarnya sangat pesat. Ia juga berdagang kerajinan tangan (karena ia diajari untuk membuat tenda). Sudah biasa bagi orang-orang Yahudi yang dididik untuk menjadi alim ulama , bahwa mereka harus mencari penghidupan sehari-hari, dan menghindari kemalasan.
3.Inilah pemuda yang di dalam dia anugerah Allah mengerjakan perubahan besar yang dicatat di sini, sekitar satu tahun, atau lebih sedikit, setelah kenaikan Kristus. Di sini kita diberi tahu, sifat permusuhan dan kegeramannya terhadap agama Kristen (ay. Kis 9:1): Sementara itu berkobar-kobar hatinya untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan.
4. Kota Damsyik menjadi tempat pelarian orang orang Kristen setelah Stefanus mati dianiaya. Mereka menganggap diri aman, tenang, dan dilindungi oleh para penguasa di sana. Tetapi Saulus tidak bisa tenang jika ia tahu ada orang Kristen yang tenang. Ia mendatangi imam besar untuk meminta mandat (ay. Kis 9:1) pergi ke Damsyik (ay. Kis 9:2). Mandat itu memberi dia kuasa untuk menggeledah rumah-rumah ibadat atau kumpulan-kumpulan jemaat orang-orang Yahudi yang berada di Damsyik, untuk mencari tahu apakah ada di antara mereka yang condong mendukung sekte baru atau ajaran sesat ini, yang percaya kepada Kristus. Dan jika ia menemukan orang-orang seperti itu, entah laki-laki atau perempuan, ia akan membawa mereka sebagai tahanan ke Yerusalem, untuk ditindaklanjuti sesuai hukum oleh Mahkamah Agama di sana.
5.Dalam perjalanannya ke Damsyik itu Ia ditemui Tuhan Yesus secara langsung dan pribadi. (Kis.Ras.9:1-9).
Cahaya yang datang tiba-tiba itu membuat takut binatang yang ditungganginya, dan membuat dia sendiri terlempar. Dan karena pemeliharaan Allah yang baik, maka tubuhnya tidak terluka karena jatuh. Tetapi para malaikat mempunyai tugas khusus berkenaan dengan dia, untuk menjaga semua tulang-tulangnya, sehingga tak satu pun yang patah. Tampak bahwa (26:14) semua orang yang ada bersama-sama dengan dia jatuh ke tanah juga, tetapi dialah yang menjadi sasaran utamanya
6.Dakwaan yang ditujukan kepada Saulus adalah, mengapakah engkau menganiaya Aku? Disini Tuhan Yesus menyamakan diri dengan orang orang Kristen yang dianiaya oleh Saulus. Menganiaya orang Kristen beraarti menganiaya Kristus. Sebelum Saulus dijadikan orang kudus, ia dibuat melihat dirinya sendiri sebagai seorang pendosa besar yang melawan Kristus. Sekarang ia dibuat melihat kejahatan dalam dirinya sendiri yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya.
7. Bagaimana keadaan Saulus setelah itu (ay. Kis 9:8-9).
Ketika membuka matanya, ia mendapati bahwa penglihatannya lenyap, dan ia tidak dapat melihat apa-apa, tidak dapat melihat seorang pun dari mereka yang pergi bersamanya, yang sekarang mulai sibuk menuntunnya. Bukan cahaya yang begitu menyilaukan ini yang, karena memancar ke matanya, membuat suram pandangannya – Nimium sensibile laedit sensum. Sebab jika demikian, orang-orang yang ada bersamanya juga akan kehilangan penglihatan mereka. Namun, karena melihat Kristuslah dalam segala kemuliaanNya yang tidak dilihat orang lain, maka penglihatannya hilang seperti ini.
BERUBAH DRASTIS
Perubahan drastis dialami oleh Saulus. Sebelum penampakan Yesus Kristus kepada dirinya (kristofani), ia pergi ke Damsyik dengan hati yang berkobar-kobar untuk menganiaya orang-orang Kristen, dan dengan kekuasaan dan kekuatan (ayat 1,2). Tetapi kemudian keadaan berbalik, ia memasuki dan tinggal di Damsyik sebagai orang yang tidak makan dan minum selama tiga hari (ayat 9), sebagai orang yang tidak dapat melihat, dan harus dituntun orang lain.
Saulus juga berangkat ke Damsyik sebagai orang yang membenci para pengikut Tuhan (ayat 1-2), tetapi kemudian ia memanggil Yesus sebagai Tuhan (ayat 5; dalam tradisi kerabian Yahudi, suara dari langit selalu berkonotasi teofani/penyataan diri Tuhan).
Ia berangkat ke Damsyik dengan rencana matang apa yang harus ia lakukan di sana (ayat 2), tetapi kemudian memasuki Damsyik dengan penantian perintah selanjutnya dari Tuhan tanpa mengetahui apa yang akan terjadi (ayat 6).
PERENUNGAN
Pertobatan Saulus sangat drastis dengan pengalaman istimewa. Mungkin diantara kita ada juga yang demikian. Bagaimana dengan kebanyakan dari kita orang Kristen yang tidak memiliki pengalaman istimewa seperti itu. Apakah kita merasa kurang ? Apakah kita juga mau menuntut agar diberi pengalaman serupa untuk memantapkan iman???